Selamat malam teman-teman
|
Logo Nokia - Connecting People |
Di malam yang penuh dengan suara takbir dari sekeliling kampung saya, yang sangat menyejukkan ini, saya akan membagikan satu lagi artikel dari VIVAnews.com dengan bagian teknologi yang berjudul sama seperti di atas.
VIVAnews - Nama Nokia akan menjadi sejarah. Perusahaan yang pernah menjadi raksasa ponsel dunia itu kini sudah jadi milik Microsoft.
Ya, raksasa peranti lunak komputer asal Redmont itu telah mengakuisisi divisi ponsel Nokia dengan nilai Rp78,7 triliun.
Tapi, bagi Anda yang tumbuh dewasa pada tahun 1990-an pasti mempunyai kenangan tersendiri dengan ponsel-ponsel buatan Nokia. Mulai dari ketika Anda menyalakan ponsel lalu muncul animasi gambar tangan sedang salaman, sampai game Snake yang melegenda.
Pada masa jayanya, Nokia bukan satu-satunya perusahaan yang membuat ponsel, masih ada beberapa perusahaan lain yang juga merilis ponsel. Tapi, Nokia memenangkan kompetisi. Vendor Finlandia itu merajai pasar ponsel dunia.
"Di era 1990-an, Nokia sangat mendominasi pasar ponsel. Tipe ponsel 3210 adalah ponsel Nokia hampir digunakan semua orang di berbagai penjuru dunia," kata Ben Wood, analis dari CSS Insight, dilansir BBC, 5 September 2013.
Selama bertahun-tahun, kondisi perusahaan Nokia masih baik-baik saja. Hingga pada Januari 2007, seorang jenius bernama Steve Jobs ikut meramaikan panggung ponsel dengan mengeluarkan iPhone dari sakunya. Ponsel baru itu menjadi titik balik Nokia. Ponsel-ponselnya mulai terpajang di rak-rak kios ponsel, terutama di pasar negara maju.
Jika diamati, sejak iPhone muncul, saham Nokia terus terjun bebas. Berdasarkan data dari perusahaan analis Gartner, pangsa pasar Nokia pada tahun 2007 masih dominan sebanyak 47 persen. Lalu, pada tahun-tahun berikutnya turun menjadi 43,7 persen, 41,1 persen, dan 34,2 persen secara berturut-turut.
Sekarang, per semester pertama tahun 2013, pangsa pasar mantan raja ponsel dunia itu hanya tiga persen.
"Sampai saat ini, Nokia bukannya tidak membuat ponsel yang bagus. Mereka telah melakukan beberapa inovasi. Tapi, Apple lebih jeli melihat kebutuhan konsumen yang menginginkan ponsel berbentuk persegi panjang dan berlayar lebar," kata Wood.
Hasilnya, ponsel Nokia mulai ditinggalkan. Semua bergerak sangat cepat, dan ponsel Nokia tersingkir oleh keberadaan iPhone, Samsung Galaxy, dan ponsel-ponsel pintar lain. Mungkin saat ini keberadaannya hanya tersimpan di laci-laci di rumah Anda, menjadi kenang-kenangan.
Membangkitkan Nokia
Kehadiran Microsoft diharapkan bisa memberi nafas baru bagi Nokia. Perusahaan binaan Bill Gates itu membeli mayoritas unit ponsel Nokia beserta paten-patennya senilai US$7,17 miliar, setara Rp78,7 triliun.
Sebagai permulaan, ponsel-ponsel pintar milik Nokia menggunakan sistem operasi Windows Phone. Meskipun masih tertinggal dari rival kuatnya —Android dan iOS— namun langkah ini adalah momentum awal untuk kembali meraih pasar ponsel dunia.
Bos Microsoft Steve Ballmer mengungkapkan, akuisisi ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan kelincahan Microsoft dalam inovasi sistem operasi mobile.
Menurut Roberta Cozza, analis Gartner, langkah Microsoft sudah benar: masuk ke percaturan ponsel bersama Apple dan Google. Sekarang Microsoft tak lagi hanya mempersiapkan perangkat lunak, tapi juga perangkat keras.
"Microsoft harus pintar-pintar mengatur struktur organisasi perusahaan. Biarkan orang-orang Nokia berinovasi di perangkat keras, sementara orang-orang Microsoft tetap fokus di perangkat lunak. Itu strategi terbaik untuk menciptakan produk yang kuat dan lebih kompetitif," ujar Cozza.
Perlu teman-teman ketahui saya merupakan pengguna setia Nokia. Mulai dari kelas 8 SMP dibelikan oleh ayah HP Nokia 6610i dan setelah lulus SMP alias saat kelas 10 SMA, saya dibelikan HP lagi oleh ayah saya, yaitu Nokia 3110c.
|
Nokia 6610i |
|
Nokia 3110c |
Lalu saat mulai beranjak ke jenjang kuliah, saya tetap tidak mau melirik ke HP merek yang lain. Karena saya berpikir bahwa Nokia adalah salah satu mobile handphone yang sudah cukup mumpuni dan murah dari yang lainnya. Murah? Iya, karena budget yang dikeluarkan oleh ayah saya berkisar antara Rp 500.000 - Rp 800.000 untuk membeli sebuah handphone. Jika harganya melebihi uang yang diberikan oleh ayah, maka harus ditambah dengan uang sendiri, atau handphone yang sudah ada ditukartambah dengan handphone yang akan dibeli.
Sekarang? Di jamannya HP yang
tunyuk-tunyuk (menekan jari di touch screen) ini? Saya masih memiliki dan menggunakan Nokia. Nokia 5630 ExpressMusic yang sudah rusak dimana-mana. Tombol down untuk mengecilkan volume entah lepas dimana, sudah tidak kutemukan. Tutup untuk menaruh memory card eksternal sudah copot dan hilang entah kemana. Kamera 3.2 Megapixel yang tertempel sudah tidak bisa digunakan lagi. Dan lebih kerennya lagi, layar atau screen luar sudah tergores benda tajam dan meninggalkan bekas. Serta tidak bisa diisi dengan SIM card untuk menelepon, mengSMS, maupun berinternet lewat GPRS. Jadi, 5630EM ini hanya bisa digunakan untuk mendengarkan musik, online lewat wifi/hotspot, radio, mengirim file lewat fasilitas bluetooth, bermain game dan aplikasi yang sudah terinstal dan mengontrol laptop lewat bluetooth menggunakan aplikasi
Witch Remote Control.
|
bukan 5630 ExpressMusic kepunyaan saya |
Terima kasih sudah membaca curhatan saya :D
Semoga terhibur :D :D
Post a Comment for "Cerita Nokia Saya -From Hero to Zero-"