Siang pembaca semuanya
Sudah lama saya tidak membuka blog ini dan menulis postingan lagi disini. Karena saya orang sibuk (perlu temen-temen ketahui saya sudah semester 6 dan seharusnya sudah mengambil magang+TA) sehingga untuk menulis disini agak sulit waktunya.
Sekarang saya akan menulis tentang keberagaman di Indonesia. Keberagaman dari segi agama, suku, bahasa, golongan, pekerjaan dan lain sebagainya. Namun tidak semuanya akan saya tulis disini. Yang saya tulis ini merupakan saduran atau menulis kembali sebuah cerita dari facebook yang sudah lama tidak saya buka. Dapet inspirasi dari seorang teman, lebih tepatnya adik bimbing saya di SMA, yang sharing catatan alias notes dari temannya yang lain. Judulnya sih "Bahagia Boleh Menderita Bersama Kristus".
Inilah catatan teman dari adik bimbing saya
Minggu, 01 Juni 2014
HARI MINGGU PASKAH VII
Hari Minggu Komunikasi Sedunia
Hari ketiga novena Roh Kudus
Kis. 1:12-14; Mzm. 27:1,4,7-8a; 1Ptr. 4:13-16; Yoh. 17:1-11a
"Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)
Sabtu (31/5), Mas Luqman, Mas Samsul, Mbak Ulfa, Mbak Zulaikha, Mas Gofar dan teman-temannya yang lain, total 30 orang bersilaturahmi ke Pastoran Kebon Dalem, tempat saya bertugas. Mereka adalah mahasiswi-mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Sunan Walisongo, Semarang. Mereka semua berjumpa saya untuk belajar mengenal Kekatolikan dan perihal Gereja Katolik.
"Dengan mengenal Kekatolikan, kami bisa memahami perbedaan dan saling menghargai perbedaan it!" Jelas Mas Luqman kepada saya dan teman-teman lainnya, termasuk kepada sejumlah orang muda Katolik yang saya minta ikut jadi tuan rumah menyambut mereka.
Kedatangan mereka ke Kebon Dalem tidak spontan. Ini sudah direncanakan beberapa waktu laku kita empat orang dari mereka menemui saya. Acaranya pun kami sepakati demikian. Diawali dengan penjelasan tentang Kekatolikan (pkl 16.00-17.00) lalu melihat tata cara ibadat Katolik (17.30-19.00) dan tanya jawab setelah makan malam bersama.
Sekitar pukul 15.30 mereka datang. Mereka menanyakan masjid terdekat karena mau sholat. Saya tunjukkan masjid terdekat dan mereka sholat di situ. Setelah sholat, kami melanjutkan acara seperti sudah saya sampaikan tadi.
Sekitar satu seperempat jam mereka mendengarkan info-info seputar Kekatolikan, mulai dari institusi Gereja Katolik hingga spirit pelayanan dan landasan iman akan Tritunggal Mahakudus. Saya juga terangkan pandangan positif Gereja Katolik terhadap agama-agama lain seperti tertulis dalam Nostra Aetate.
Setelah itu mereka menikmati snack. Saya berangkat ke gereja untuk persiapan misa. Seperti biasa, sebelum misa, saya selalu berdiri di depan pintu gereja untuk menyalami umat. Lima menit menjelang misa mulai, teman-teman mahasiswi-mahasiswa Fak Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Walisongo juga ke gereja. Rupanya, mereka mau melihat, mengamati dan menyaksikan apa yang terjadi dengan tata ibadat Katolik melalui Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi berjalan seperti biasa dengan keistimewa kehadiran "para tamu" yang sedang belajar untuk tahu apa dan bagaimana itu Gereja Katolik. Kebetulan ritus tobat menggunakan cara percikan air suci "Asperges me". Maka sebelum percikan dimulai saya jelaskan kepada mereka, "Percikan air ini adalah percikan air suci. Bukan untuk baptisan melainkan untuk pembersihan. Kalau teman-teman mau sholat harus wudhlu terlebih dahulu, percikan air suci itu bisa dianggap wudhlu ala Katolik." Dan mereka pun mengikuti ritus percikan dengan tenang dan khusyuk.
Di saat homili dimulai, waktu menunjukkan pukul 17.55. Maka, saya awali homili dengan mengatakan, "Teman-teman dari IAIN yang terkasih. Sekarang sudah pukul 17.55. Masih ada kesempatan untuk mendirikan sholat magrib. Selama saya kotbah/homili, silahkan kalian sholat magrib di pastoran." Sejumlah OMK yang membantu saya menyambut mereka maju menjemput mereka dan mengantar ke pastoran untuk sholat magrib.
Saya melanjutkan dengan homili. Dua puluh menit kemudian mereka masuk lagi di gereja persis saat saya menutup homili. Di akhir homili yang tegaskan lagi kutipan dari bacaan kedua, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)
Bisa jadi, meski tidak mengimani Kristus, hanya karena teman-teman IAIN hadir dalam Misa dalam rangka belajar kenal bukan dalam rangka iman pun, mereka akan "dinista karena nama Kristus". Maka saya tegaskan, "Berbahagialah! Jangan takut! Anda semua tetap seorang muslim yang membawa rahmatanlilalamin!"
Di akhir Misa, kebetulan kemarin sore adalah penutupan bulan Mei sebagai bulan Maria. Saya pun mengajak mereka tahu sikap dan iman Katolik terhadap Bunda Maria yang dalam Alquran disebut Siti Maryam, ibunda Isa Almasih. Mereka pun ikut dalam ritus ini dengan khidmat! Sungguh mereka pun telah menjadi berkat bagi umat dan masyarakat!
Selesai Misa, kami makan malam bersama di pastoran. Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan tanya jawab hingga pukul 21.00. Mereka pulang. Mas Luqman pun mengirimkan sms sebagai berikut, "Romo, matur nuwun nggeh.., sudah memberikan pengalaman yang luar biasa... Semoga silatrahmi ini nanti bisa tetap berlanjut..."
Saya syukuri dan persembahkan semua pengalaman ini dalam Adorasi Ekaristi Abadi. Sebelum kita berdoa, bahkan Yesus telah lebih dahulu berdoa bagi kita. Maka, dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita pun berdoa bersama Kristus yang telah dahulu berdoa demi keselamatan kita. Karena itu, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)
Tuhan Yesus, berkatilah dan kuatkanlah kami bila harus menderita karena Kristus! Semoga kami mengalami kebahagiaan sejati, meski harus menderita, kini dan sepanjang masa. Amin.
Demikian hal yang bisa saya bagikan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman untuk mempersatukan negeri kita tercinta ini. Bangsa Indonesia.
Tweet
akan seperti ini Indonesia? |
Sekarang saya akan menulis tentang keberagaman di Indonesia. Keberagaman dari segi agama, suku, bahasa, golongan, pekerjaan dan lain sebagainya. Namun tidak semuanya akan saya tulis disini. Yang saya tulis ini merupakan saduran atau menulis kembali sebuah cerita dari facebook yang sudah lama tidak saya buka. Dapet inspirasi dari seorang teman, lebih tepatnya adik bimbing saya di SMA, yang sharing catatan alias notes dari temannya yang lain. Judulnya sih "Bahagia Boleh Menderita Bersama Kristus".
Inilah catatan teman dari adik bimbing saya
Minggu, 01 Juni 2014
HARI MINGGU PASKAH VII
Hari Minggu Komunikasi Sedunia
Hari ketiga novena Roh Kudus
Kis. 1:12-14; Mzm. 27:1,4,7-8a; 1Ptr. 4:13-16; Yoh. 17:1-11a
mengerti perbedaan = tidak ada intoleransi |
Sabtu (31/5), Mas Luqman, Mas Samsul, Mbak Ulfa, Mbak Zulaikha, Mas Gofar dan teman-temannya yang lain, total 30 orang bersilaturahmi ke Pastoran Kebon Dalem, tempat saya bertugas. Mereka adalah mahasiswi-mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Sunan Walisongo, Semarang. Mereka semua berjumpa saya untuk belajar mengenal Kekatolikan dan perihal Gereja Katolik.
"Dengan mengenal Kekatolikan, kami bisa memahami perbedaan dan saling menghargai perbedaan it!" Jelas Mas Luqman kepada saya dan teman-teman lainnya, termasuk kepada sejumlah orang muda Katolik yang saya minta ikut jadi tuan rumah menyambut mereka.
Kedatangan mereka ke Kebon Dalem tidak spontan. Ini sudah direncanakan beberapa waktu laku kita empat orang dari mereka menemui saya. Acaranya pun kami sepakati demikian. Diawali dengan penjelasan tentang Kekatolikan (pkl 16.00-17.00) lalu melihat tata cara ibadat Katolik (17.30-19.00) dan tanya jawab setelah makan malam bersama.
Sekitar pukul 15.30 mereka datang. Mereka menanyakan masjid terdekat karena mau sholat. Saya tunjukkan masjid terdekat dan mereka sholat di situ. Setelah sholat, kami melanjutkan acara seperti sudah saya sampaikan tadi.
Sekitar satu seperempat jam mereka mendengarkan info-info seputar Kekatolikan, mulai dari institusi Gereja Katolik hingga spirit pelayanan dan landasan iman akan Tritunggal Mahakudus. Saya juga terangkan pandangan positif Gereja Katolik terhadap agama-agama lain seperti tertulis dalam Nostra Aetate.
Setelah itu mereka menikmati snack. Saya berangkat ke gereja untuk persiapan misa. Seperti biasa, sebelum misa, saya selalu berdiri di depan pintu gereja untuk menyalami umat. Lima menit menjelang misa mulai, teman-teman mahasiswi-mahasiswa Fak Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Walisongo juga ke gereja. Rupanya, mereka mau melihat, mengamati dan menyaksikan apa yang terjadi dengan tata ibadat Katolik melalui Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi berjalan seperti biasa dengan keistimewa kehadiran "para tamu" yang sedang belajar untuk tahu apa dan bagaimana itu Gereja Katolik. Kebetulan ritus tobat menggunakan cara percikan air suci "Asperges me". Maka sebelum percikan dimulai saya jelaskan kepada mereka, "Percikan air ini adalah percikan air suci. Bukan untuk baptisan melainkan untuk pembersihan. Kalau teman-teman mau sholat harus wudhlu terlebih dahulu, percikan air suci itu bisa dianggap wudhlu ala Katolik." Dan mereka pun mengikuti ritus percikan dengan tenang dan khusyuk.
Di saat homili dimulai, waktu menunjukkan pukul 17.55. Maka, saya awali homili dengan mengatakan, "Teman-teman dari IAIN yang terkasih. Sekarang sudah pukul 17.55. Masih ada kesempatan untuk mendirikan sholat magrib. Selama saya kotbah/homili, silahkan kalian sholat magrib di pastoran." Sejumlah OMK yang membantu saya menyambut mereka maju menjemput mereka dan mengantar ke pastoran untuk sholat magrib.
Saya melanjutkan dengan homili. Dua puluh menit kemudian mereka masuk lagi di gereja persis saat saya menutup homili. Di akhir homili yang tegaskan lagi kutipan dari bacaan kedua, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)
Bisa jadi, meski tidak mengimani Kristus, hanya karena teman-teman IAIN hadir dalam Misa dalam rangka belajar kenal bukan dalam rangka iman pun, mereka akan "dinista karena nama Kristus". Maka saya tegaskan, "Berbahagialah! Jangan takut! Anda semua tetap seorang muslim yang membawa rahmatanlilalamin!"
Di akhir Misa, kebetulan kemarin sore adalah penutupan bulan Mei sebagai bulan Maria. Saya pun mengajak mereka tahu sikap dan iman Katolik terhadap Bunda Maria yang dalam Alquran disebut Siti Maryam, ibunda Isa Almasih. Mereka pun ikut dalam ritus ini dengan khidmat! Sungguh mereka pun telah menjadi berkat bagi umat dan masyarakat!
Selesai Misa, kami makan malam bersama di pastoran. Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan tanya jawab hingga pukul 21.00. Mereka pulang. Mas Luqman pun mengirimkan sms sebagai berikut, "Romo, matur nuwun nggeh.., sudah memberikan pengalaman yang luar biasa... Semoga silatrahmi ini nanti bisa tetap berlanjut..."
Saya syukuri dan persembahkan semua pengalaman ini dalam Adorasi Ekaristi Abadi. Sebelum kita berdoa, bahkan Yesus telah lebih dahulu berdoa bagi kita. Maka, dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita pun berdoa bersama Kristus yang telah dahulu berdoa demi keselamatan kita. Karena itu, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)
Tuhan Yesus, berkatilah dan kuatkanlah kami bila harus menderita karena Kristus! Semoga kami mengalami kebahagiaan sejati, meski harus menderita, kini dan sepanjang masa. Amin.
Demikian hal yang bisa saya bagikan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman untuk mempersatukan negeri kita tercinta ini. Bangsa Indonesia.
Tweet
Post a Comment for "Semangat Mengerti Perbedaan, Bukan Berpecahan"